EVALUASI KURIKULUM DI SMP PLUS AL-AQSHA
EVALUASI KURIKULUM DI SMP PLUS AL-AQSHA
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Diajukan
untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Manajemen Kurikulum
DosenPembimbing
:
Dr. H. Qiqi Yulianti Zakiyah, M. Ag.
Dr. Yoyo Wijaya, M.Pd.
Abu Rizal 1142010004
AlfianParamudita 1142010010
AsepSulaiman 1142010015
Burhanudin 1142010018
HabibBurrahman 1142010028
Haifa Nuha R 1142010029
HanyNurjanah 1142010030
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan laporan hasil penelitian “Evaluasi
Kurikulum di SMP Plus Al-Aqsha” tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan untuk memenuhi tugas mata akhir kuliah manajemen kurikulum. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, serta sahabat-sahabatnya dan kepada umatnya hingga akhir
zaman.
Dengan ini kami
menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini tidak akan tersusun dengan baik
tanpa adanya bantuan dari berbagai
sumber narasumber dan referensi. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas berbagai sumber narasumber
dan referensi demi tersusunnya
laporan hasil penelitian ini.
Kami menyadari
bahwa laporan
hasil penelitian ini masih
jauh dalam kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan hasil penelitian ini.
Akhir kata, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan hasil
penelitian ini
terdapat banyak kesalahan. Semoga
laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan pada
umumnya bagi pembaca.
Bandung 1 Mei 2015
Penulis
|
i
|
i
|
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR
ISI ........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A.
Pengertian
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran
pada
Madrasah .................................................................................................... 3
B. Tujuan Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran pada
Madrasah...................... 6
C. Prinsip Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran pada
Madrasah...................... 7
D. Peran dan fungsi Manajemen
Kurikulum dan
Pembelajaran pada
Madrasah.............................................................................................................. 9
E. Ruang Lingkup Manajemen
Kurikulum dan
Pembelajaran pada
Madrasah.............................................................................................................. 12
F. Komponen-Komponen Kurikulum dan Pembelajaran pada
Madrasah................ 13
G. Landasan Pengembangan Kurikulum
................................................................. 19
BAB
III PENUTUP................................................................................................. 20
A. Kesimpulan.......................................................................................................... 20
B. Saran.................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 22
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Definisi
dari Evaluasi Kurikulum Menurut Oliva (1983) Evaluasi adalah alat untuk
menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk menentukan keputusan
apa yang perlu dikembangkan dan untuk memberikan dasar efek-efek yang
berkembang.Sedangkan menurut Hamid Hasan (1988 : 13) Evaluasi adalah suatu
proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
dipertimbangkan.Kurikulum itu sendiri merupakan bagian dari lingkup yang
luas.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum
memiliki dimensi yang luas karena mencakup banyak hal.Aspek-aspek kegiatan
kurikulum dimulai dari perencanaan, pengembangan komponen, implementasi serta
hasil belajar dianggap sebagai ruang lingkup kajian evaluasi kurikulum.
Evaluasi
untuk program pelaksanaan pengembangan kurikulum di tingkat sekolah memerlukan
indikator keberhasilan sebagai tolak ukur pencapaian pelaksanaan kurikulum.
Indikator keverhasilan kurikulum mencakup : (1) Indikator keberhasilan
sosialisasi kurikulum, (2) Indikator keberhasilan penyusunan silabus, (3)
Indikator keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester, (4) Indikator
keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran, (5) Indikator keberhasilan
penyusunan bahan ajar, (6) Indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan kurikulum di SMP Plus Al-Aqsa ?
2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi
kurikulum di
SMP Plus Al-Aqsa ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan kurikulum di SMP Plus Al-Aqsa
2. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi
kurikulum di
SMP Plus Al-Aqsa
D.
Manfaat Penelitian
1.
Mampu mejelaskan tujuan Evaluasi Kurikulum
2.
Mampu mejelaskan Konsep Evalausi Kurikulum
3.
Dan mampu megaplikasikannya
4.
Untuk memperbaiki program
5.
Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengantar
Pembahasan
mengenai evaluasi kurikulum tidak terlepas dari beberapa istilah yang senada
bahkan sering dipertukarkan maknanya , yaitu evaluasi, penilaian, pengukuran
dan tes.Melihat dari padanan kata, evaluasi berasal dari bahasa inggris yakni “evaluation” sedangkan penilain disebut
juga “assessment”, pengukuran adalah
“measurement” sedangkan tes dalam bahasa inggri disebut “test”.
Keterkaitan
antara evaluasi dan pengukuran adalah terdapat beberapa ukuran yang terstandar
seperti meter, kilogram, takaran dan lain-lain.
Definisi
dari Evaluasi Kurikulum Menurut Oliva (1983) Evaluasi adalah alat untuk
menentukan keputusan apa yang perlu dikembangkan dan untuk menentukan keputusan
apa yang perlu dikembangkan dan untuk memberikan dasar efek-efek yang
berkembang.Sedangkan menurut Hamid Hasan (1988 : 13) Evaluasi adalah suatu
proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang
dipertimbangkan.Kurikulum itu sendiri merupakan bagian dari lingkup yang luas.
Kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Tyler (1949) evaluasi kurikulum adalah upaya untuk menetukan tingkat perubahan
yang terjadi pada hasil belajar (behavior).
1. Orint (1993) evaluasi kurikulum yaitu memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang
disepakati dan data yang diperoleh di lapangan.
2. Cronbach (1980) evaluasi kurikulum
yaitu proses pemeriksaan sitematis terhadap peristiwa yang terjadi pada waktu suatu
kurikulum dilaksanakan dan akibat dari pelaksaan kurikulum tersebut. Peristiwa
yang terjadi pada waktu suatu kurikulum dilaksanaan dan akibat dari pelaksanaan
kurikulum tersebut.
3. Meyer ( 1989 ) evaluasi kurikulum
sebagai suatu usaha untuk memahami apa yang terjadi dalam pelaksanaan dan dampak
dari kurikulum.
Jadi,
evaluasi kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara
keseluruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang laus (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curriculum) dalam bentuk
pembelajaran.
B.
Pengertian Evaluasi Kurikulum
Kurikulum merupakan bagian
dari pendidikan dalam lingkup yang luas.Kurikulum merupakan alat untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan.Mengevaluasi keberhasilan sebuah pendidikan berarti
juga mengevaluasi kurikulumnya.Hal ini berarti evaluasi kurikulum merupakan
bagian dari evaluasi pendidikan,yang memusatkan perhatiannyapada
program-program untuk peserta didik.Hasil evaluasi kurikulum bermanfaat bagi
penentu kebijakan dalam menentukan keputusan untuk melakukan perbaikan ataupun
perubahan kurikulum.
Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu
perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari
suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu
bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan
strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan
baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum
merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa
latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi
kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya
gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang
terencana dari suatu institusi pendidikan.
Evaluasi merupakan bagian
penting dalam proses pengembangan kurikulum,baik dalam pembuatan kurikulum
baru,memperbaiki kurikulum yang ada atau menyempurnakannya.
Evaluasi kurikulum
merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang
bersifat makro atau ruang lingkup yang luas (ideal curriculum) maupun lingkup
mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.Evaluasi pelaksanaan
kurikulum tidak hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya,tetapi juga rancangan
dan pelaksanaan kurikulum,kemampuan dan kemajuan siswa,sarana dan
prasarana,serta sumber belajarnya.Hasil kurikulum dapat digunakan sebagai
penentu kebijakan pendidikan pada tingkat pusat,daerah dan sekolah untuk
memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan hasil yang optimal.
C.
Tujuan Evaluasi Kurikulum
Dalamartiluasevaluasikurikulumdimaksudkanuntukmemeriksakinerjakurikulumsecarakeseluruhanditinjaudaribeberapaaspekyaituefektivitas,
relevansi, efesiensi,dankeayakan( feasibility ) program.
Evaluasi dalam pengembangan kurikulum dimaksud untuk keperluan :
1.
Perbaikan program
evaluasi bersifat konstruktif karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan pengembangan program
kurikulum.
2.
Pertanggung jawaban kepada berbagai pihak pada fase
pengembangan kurikulum diperlukan pertanggung jawaban social, ekonomi, dan
moral berupa kekuatan dan kelemahan kurikulum serta upaya untuk mengatasinya dari
berbagai pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum dan yang
menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan.
3.
Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan tindak lanjut hasil pengembangan dapat berbentuk jawaban.
D.
Prinsip-Prinsip
Evaluasi Kurikulum
Adapun prinsip-prinsip dalam evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan tertentu, maksudnya yaitu setiap
program evaluasi kurikulum itu terarah dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarahkan
berbagai kegiatan dalam proses pelksanaan evaluasi kurikulum.
2.
Bersifat objektif, maksudnya harus sesuai
dengan kenyataan yang ada. bersumber dari data yang ada nyata dan akurat yang
diperoleh dari instrument yang benar.
3.
Bersifat komperhensif, yaitu mencakup semua
dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh
komponen kurikulum harus mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama
sebelum diadakan pengambilan keputusan.
4.
Kooperatif dan bertanggung jawab dalam
perencanaan, plaksanaan dan keberhasilan program evaluasi itu adaah tanggung
jawab bersama pihak-pihak yang terkait dan saling terlibat dalam proses
pendidikan seperti, guru, kepala sekolah, penilik, orang tua, dan juga siswa
itu sendiri. disamping tanggung jawab utama lembaga penelitian dan
pengembangan.
5.
Efisien, maksudnya efisien dalam penggunaan
waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi penunjang. sehingga hasil
evaluasi harus diupayakan lebih tinggi atau seimbang dengan materil yang
digunakan.
6.
Berkesinambungan, hal ini berkaitan dengan
adanya perbaikan kurikulum. sehingga peran
guru dan kepala sekolah sangat penting, karena merekalah yang mengtahui
pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan dari kurikulum yang diterapkan.
E.
Aspek-Aspek Evaluasi
Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan suatu bidang yang berkembang dengan cepat,
termasuk evaluasi terhadap implementasi kurikulum. evaluasi kurikulum sendiri
terdiri dari berbagai aspek yang saling berhubungan, dan yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Keterkaitan antara Evaluaasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
a. Evaluasi Kurikulum dan Sistem Kurikulum
Secara fungsional evaluasi kurikulum merupakan
bagian dari sistem kurikulum. sistem kurikulum ini mempunyai tiga fungsi pokok,
yaitu pengembangan kurikulum, pleaksanaan kurikulum, dan evaluasi efek sistem
kurikulum.
Evaluasi kurikulum minimal berfokus pada empat
bidang, yaitu evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil
dari siswa, dan sistem kurikulum. efek dari evaluasi akan memulihkan kinerja
dari berbagai bagian dari sistem kurikulum. seleksi dan pengorganiisasian
pihak-pihak pengambang kurikulum, prosedur penyususnan, pengaturan dan
pelaksanaan kurikulum, fugsi koordinator dalam tim penyusunan, pengaruh tingkat
guru dan kondisi pengajaran terhadap kurikulum, semuanya perlu dievaluasi dan
hasilnya dapat memperbaiki sistem kurikulum secara keseluruhan.
b. Evaluasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
Masalah yang biasanya dibahas oleh pengmbang
kurikulum yaitu kapan diadakan evaluasi kurikulum, dan pada posisi mana serta
apa makna evaluasi kurikulum pada proses pengembangan kurikulum. Tayler
berpendapat bahwa evaluasi kurikulum minimal terjadi dua kali, yaitu pada awal
dan akhir pengembangan kurikulum, agar dapat mengukur dalam jangka waktu
tersebut yang telah ditetapkan. dan ia berpendapat bahwa hal tersebut harus
dilaksanakan bertutut-turut sepanjang proses pengembangan kurikulum yang
terdiri dari empat tahapan, yaitu penentuan tujuan pendidikan, pemilihan
pengalaman pembelajaran,pengorganisasian pengalaman pembelajaran, dan evaluasi
efek pembelajaran.
Pengembangan kurikulum ialah proses yang
meliputi kegiatan untuk melaksanakan percobaan evaluasi, sehingga kekurangan
yang ditemukan dapat diperbaiki untuk hasil yang lebih baik. evaluasi dalam
penyusunan dan perancangan kurikulum sangat sulit, dan tidak memiliki criteria
yang sama.
Berikut adalah empat keadaan yang harus
dihindari dalam mengembangkan fungsi dan makna evaluasi kurikulum terhadap
pengembangan kurikulum, yaitu:
1) apabila dalam desain kurikulum tidak terdapat rancangan evaluasi, desain
seperti ini tidak perlu dilaksanakan.
2) apabila dalam proses evaluasi terjadi penyimpangan tujuan evaluasi.
3) apabila tidak menghiraukan kesimpulan dan penilaian evaluasi yang sudah
ada.
4) evaluasi sering digunakan sebagai alat peserta didik, yang sebenarnya harus
menimbulkan kepercayaan diri pada peserta didik.
2)
Jenis-Jenis Strategi Evaluasi
Teori evaluasi mengandung kerangka kerja konseptual bagi pengmbangan
strategi evaluasi. oleh sebab itu penting dirumuskan apa yang dimaksud dengan
evaluasi. perumusan yang tepat akan menjadi landasan dalam pelksanaannya, dan
sebaliknya jika perumusan itu kurang kuat, dapat menjadi penyebab utama terjadinya
kegagalan dalam evaluasi.
Dahulu evaluasi evaluasi didefinisikan sebagai kegiatan yang disamakan
dengan pengukuran dan juga tes. pernyataan tersebut tidak sejalan dengan
perilaku dan tujuan, serta memunculkan jurang perbedaan yang dalam antara
pertimbangan professional dan program.
Saat ini telah dikembangkan suatu definisi yang memandang evaluasi sebagai
suatu hal yang sangat penting, karena memberikan informasi dalam prosespembuatan
keputusan. Oleh karena itu strategi evaluasi dikembangkan berdasarkan
asumsi-asumsi berikut:
a. Mutu program bergantung pada mutu keputusan yang dibuat.
b.
Mutu keputusan bergantung pada kemampuan
manajer untuk mengidentifikasi berbagai alternative yang terdapat berbagai
situasi keputusan, melalui berbagai pertimbangan yang seksama.
c.
Dalam pembuatan keputusan yang seksama,
dibutuhkan informasi yang tepat dan dapat dipercaya.
d.
Pengadaan informasi tersebut memerlukan alat
yang sistematis.
e.
Proses pengadaan informasi bagi pembuatan
keputusan erat hubungannya dengan konsep evaluasi yang digunakan.
Kerangka pengertian yang berpijak pada berbagai
asumsi di atas secara jelas memandang evaluasi sebagai analisis dalam upaya perbaikan program, bukan sebagai
kritik terhadap program. secara lebih tegas evaluasi bertujuan untuk
menyediakan informasi bagi pembuat keputusan. berikut adalah empat jenis
keputusan yang berkaitan dengan pertimbangan dalam menilai suatu program:
a.
Keputusan-keputusan perencanaan yang ditunjukan
bagi perbaikan yang dibutuhkan pada daerah tertentu, tujuan umum dan tujuan
khusus.
b.
Keputusan-keputusan pemograman khusus yang
berkenaan dengan prosedur, personel, fasilitas, anggaran biaya, dan tuntutan
waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.
c.
Keputusan-keputusan pelaksanaan (implementasi)
dalam mengarahkan kegiatan yang telah diprogram.
d.
Keputusan-keputusan program perbaikan yang
meliputi berbagai kegiatan perubahan, penerusan, terminasi dan sebaginya.
Selain empat jenis keputusan yang telah diungkapkan di atas, berikut adalah
empat jenis strategi evaluasi diantaranya yaitu:
a. Strategi pertama berkaitan dengan penentuan lingkungan tempat terjadinya
perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan
juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk
terjadinya perubahan.
b.
Strategi kedua yaitu pengenalan dan penilaian
terhadap berbagai kemampuan yang relevan. strategi ini sangat besar gunanya
dalam pencapaian tujuan program dan desain yang berguna untuk mencapai
tujuan-tujuan khusus.
c.
Strategi ketiga yaitu pendekatan dan prediksi
hambatan yang mungkin terjadi dalam desain procedural atau implementasi
sepanjang tahap pelaksanaan program.
d. Strategi keempat berkaita dengan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan,
melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasilyang telah dicapai sehingga seorang evaluator dapat memilih strategi yang
tepat.
3) Prosedur Strategi Evaluasi
a.
Evaluasi Kebutuhan dan Feasibility
Evaluasi kebutuhan dan feasibility ini dapat dilakukan
oleh organisasi atau administrator tingkat
pelaksana. dan prosedur yang dilakukan diantaranya yaitu:
1.
Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau
program yang sekarang sedang disampaikan.
2.
Menetapkan program yang dibutuhkan.
3.
Menilai (assess) data setempat berdasarkan tes
baku, tes intelegensi, dan tes sikap yang ada.
4.
Menilai riset yang telah ada, baik riset
setempat maupun riset tingkat nasional yang sama atau berhubungan.
5.
Menetapkan feasibility pelaksanaan program
sesuai dengan sumber-sumber yang ada (manusiawi dan materil).
6.
Mengenali masalah-masalah yang mendasari
kebutuhan.
7.
Menentukan bagaimana proyek akan dikembangkan
guna berkontribusi pada sistem sekolah atau sekolah setempat.
b.
Evaluasi Masukan (Input)
Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan, dan ahli mata
pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan masalah. pemecahan masalah haruslah
dilihat dari hubungannya dengan hambatannya contoh: penerimaan pemecahan
masalah oleh guru dan siswa, kecakapan kerja (plaksanaan pemecahan masalah
dalam kelas atau sekolah), keampuhan (sejauh mana usaha pemecahan masalah
tersebut), dan biaya ekonomi (berkaitan dengan biaya pemecahan masalah dengan
hasil yang diharapkan).
Maka, evaluasi masukan menuju ke arah pengembangan berbagai strategi dan
prosedur, yang dalam pembuatan keputusannya sangat dibuthkan informasi yang
akurat. bukan hanya itu evaluasi masukan juga berusaha mengenali dimana terjadi
atau adanya masalah sehingga dapat diawasi selama berlangsungnya implementasi.
c.
Evaluasi Proses
Evaluasi proses yaitu sistem pengolahan informasi dalam upaya
membuat keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi, dan
klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian masalah. dalam hal ini, staf
perpustakaan memainkan peran yang sangat penting, karena mereka secara langsung
melakukan monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan program, serta
memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan program.
d.
Evaluasi Produk
Evaluasi produk berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil
program dan kaitannya dengan tercapainya tujuan. berbagai variable yang diuji
bergantung pada tujuan, perubahan sikap, perbakan kemampuan, dan perbaikan
tingkat kehadiran.
Evaluasi yang seksama sebaiknya meliputi semua komponen evaluasi tersebut.
Tetapi yang sering terjadi
karena keaadaan yang tidak memungkinkan, tidak semua komponen mendapat
perhatian yang penuh. sehingga administrator program harus pintar dalam memilih
aspek mana yang harus mendapatkan perhatian yang lebih atau intensif.
berdasarkan evaluasi tersebut akan didapatkan informasi dan data yang valid dan
dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program perbaikan.
4)
Komponen Desain Evaluasi
Desain Evaluasi menguraikan tentang, data yang harus dikumpulkan dan
analisis data untuk membuktikan nilai dan efektikitas kurikulum. berikut adalah
beberapa komponen desain evaluasi diantaranya :
a.
Penentuan garis besar evaluasi
·
identifikasi tingkat pembuatan keputusan
·
proyek situasi keputusan bagi setiap tingkat
pembuatan keputusan dengan menentukan lokas, focus, waktu dan komposisi
alternatifnya.
b.
Pengumpulan informasi
·
spesifikasi sumber-sumber informasi yang akan
dikumpulkan.
·
spesifikasi instrument dan metode pengumpulan
informasi yang diperlukan.
·
spesifikasi prosedur sampling ayng akan
digunakan.
·
spesifikasi kondisi dan skedul informasi untuk
dikumpulkan.
c.
Organisasi informasi
·
spesifikasi format informasi yang akan
dikumpulkan.
·
spesifikasi alat pengkodean, pengorganisasian,
dan penyimpanan informasi.
d.
Analisis informasi
·
spesifikasi prosedur analisis yang akan
dilaksanakan dan spesifikasi alat untuk melaksanakan analisis.
e.
Pelaporan informasi
·
penentuan piahk penerima (audience) laporan
evaluasi.
·
spesifikasi alat penyedia informasi pada
penerima informasi.
·
spesifikasi format laporan informasi.
·
jadwal pelaporan informasi.
f.
Administrasi evaluasi
·
rangkuman jadwal evaluasi.
·
penentuan staf dan berbagai tuntutan sumber,
serta perencanaan pemenuhan tuntutan tersebut.
·
spesifikasi alat untuk memenuhi tuntutan
kebijakan dalam melaksanakan evaluasi.
·
penilaian keampuhan desain evaluasi guna
menyediakan informasi yang valid, reliable, credible, dan sesuai dengan waktu
yang tersedia.
F.
Model Evaluasi Kurikulum
1.
Measurement
Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan
perbedaan individual maupun kelompok. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi
siswa, bimbingan pendidikan dan perbandingan efektivitas antara dua atau lebih
program/ metode pendidikan. Objek evaluasi dititik beratkan pada hasil belajar dalam
aspek kognitif dan diukur dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dibakukan.
Pendekatan/
cara-cara yang ditempuh dalam kegiatan evaluasidengan:
a. Menempatkan ‘kedudukan’
setiap siswa dalam kelompoknya melalui pengembangan norma kelompok dalam evaluasi
hasil belajar.
b.
Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang
menggunakan program/ metode pengajaran yang
berbeda-beda, melalui analisis secara kuantitatif.
c.
Teknik evaluasi yang
digunakan terutama tes yang
berbentuk objektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang
valid.
2. Congruence
Evaluasipadadasarnyamerupakanpemeriksaankesesuaianataucongruence antaratujuanpendidikandanhasilbelajar yang dicapai,
untukmelihatsejauhmanaperubahanhasilpendidikantelahterjadi.Hasilevaluasidiperlukandalamrangkapenyempurnaan
program, bimbinganpendidikandanpemberianinformasikepadapihak-pihak di
luarpendidikan.Objekevaluasidititikberatkanpadahasilbelajardalambentukkognitif,
psikomotorik, maupunnilaidansikap.
Dalamkegiatanevaluasi,
cenderungditempuhpendekatan/ cara-caraberikut.
a.
Menggunakanprosedurpre- and post- assessment denganmenempuhlangkah-langkahpokoksebagaiberikut:
penegasantujuan, pengembanganalatevaluasi, danpenggunaanhasilevaluasi.
b.
Analisishasilevaluasidilakukansecarabagian demi
bagian.
c.
Teknikevaluasimencakuptesdanteknik-teknikevaluasilainnya
yang cocokuntukmenilaiberbagaijenisperilaku yang terkandungdalamtujuan.
d.
Kurangmenyetujuidiadakannyaevaluasiperbandinganantaraduaataulebih
program.
3. Illumination
Evaluasipadadasarnyamerupakanstudimengenai:
pelaksanaan program, pengaruhfaktorlingkungan,
kebaikan-kebaikandankelemahan-kelemahan program sertapengaruh program
terhadapperkembanganhasilbelajar. Evaluasilebihdidasarkanpadajudgement (pertimbangan) yang
hasilnyadiperlukanuntukmenyempurnakanprogram.Objekevaluasimencakuplatarbelakangdanperkembangan
program, proses pelaksanaan, hasilbelajardankesulitan-kesulitan yang
dialami.Jenis data yang dikumpulkanberupa data subjektif (judgement data).
Dalamkegiatanevaluasi,
cenderungditempuhpendekatancara-caraberikut.
a.
Menggunakanprosedur yang disebutprogressive focusing denganlangkah-langkahpokok:
orientasi, pengamatan yang lebihterarah, analisissebab-akibat.
b.
Bersifatkualitatif-terbuka,
danfleksibel-eklektif.
c.
Teknikevaluasimencakupobservasi, wawancara,
angket, analisisdokumendanbilaperlumencakup pula tes.
4. Educational System
Evaluation
Evaluasipadadasarnyaadalahperbandinganantara
performance setiapdimensi program dankriteria, yang
akanberakhirdengansuatudeskripsidanjudgement.
Hasilevaluasidiperlukanuntukpenyempurnaan program danpenyimpulanhasil program
secarakeseluruhan.Objekevaluasimencakup input (bahan, rencana, peralatan),
proses, danhasil yang dicapaidalamarti yang lebihluas.Jenis data yang
dikumpulkanberupa data objektifdansubjektif (judgement data).
Cara-cara/
pendekatan yang ditempuhdalamkegiatanevaluasiyaitudengan:
a.
Membandingkan performance setiapdimensi program
dengankriteria internal.
b.
Membandingkan performance program
denganmenggunakankriteriaeksternalyaitu performance program yang lain.
c.
Teknikevaluasimencakuptes, observasi,
wawancara, angket, dananalisisdokumen.
5. Model CIPP (Context, Input, Process, dan Product)
Model
CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang
bertitiktolakpadapandanganbahwakeberhasilan program
pendidikandipengaruhiolehberbagaifaktor, seperti: karakteristikpesertadidikdanlingkungan, tujuan program dan peralatan yang
digunakan, prosedurdanmekanismepelaksanaan program itusendiri.
Evaluasi
model ini bermaksudmembandingkankinerja (performance) dariberbagaidimensi
program dengansejumlahkriteriatertentu, untukakhirnyasampaipadadeskripsidan
judgment mengenaikekuatandankelemahan program yang dievaluasi.
Model inikembangkanolehStufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikanatasempatdimensiyaitu :
Model inikembangkanolehStufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikanatasempatdimensiyaitu :
a.
Context : yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan danstrategipendidikan
yang akandikembangkandalam program yang bersangkutan.
b.
Input : bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan.
c.
Process : pelaksanaan nyata dari program pendidikan.
d.
Product : keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan.
G.
Jenis-Jenis Evaluasi
1.
Evaluasi awal
di lakukan sebelum pengajaran diberikan,fungsinya ialah untuk mengetahui
kemampua awal peserta didik tentang pelajaran yang akan diberikan.
2.
Evaluasi antara
; dilakukan pada setiap unit bahan yang diberikan dalam suatu mata
pelajaran,dapat berbentuk tes dan bentuk-bentuk evaluasi yang lain tentang unit
yang bersangkutan.
3.
Evaluasi akhir
dilaukan setelah pengajaran diberikan.fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran
tentang kemampuan yang dicapai pesrta didik pada akhir program.
4.
Evaluasi
kurikulum pada tingkat yang lebih makro
5.
Berikut ini
berturut-turut akan dijelaskan tentang tujuan, jenis, dan skema
kegiatan evaluasi kurikulum yang tingkatnya lebih makro.
H.
Fungsi Evaluasi
Kurikulum
Fungsi Evaluasi kurikulumadalah :
1.
Menurut Tyler :Untuk
memperbaiki kurikulum (melalui hasil belajar evaluasi produk)
2.
Menurut Cronbach
:Untuk memperbaiki kurikulum dan memberi penghargaan
3.
Menurut Scriven :Untuk mengurangi
kekurangan-kekurangan yang ada.
4.
Scriven membedakan
evaluasi kurikulum dalam 2 fungsi yakni Fungsi Formatif dan Fungsi Sumatif
5.
Fungsi Formatif :
dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian
tertentu dari kurikulum yang sedang dikembangkan
6.
Fungsi Sumatif :
dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap selesai pengembangannya (evaluasi
terhadap hasil kurikulum)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Sejarah Berdirinya SMP Plus Al-Aqsa
Bermula dari
sebuah pengajian biasa yang diasuh oleh K.H. Hasan Abdullah Muhyi, Pondok
Modern SMP Plus Al-Aqsha awalnya bernama madrasah Hasan Mustofa, karena K.H.
Hasan Mustofa adalah ulama terkenal di Cibeusi, dan beliau pulalah yang
mewakafkan tanah dimana madrasah tersebut berada.
Seiring
dengan berjalannya waktu, Al-Aqsha kini dibawah yayasan sebelas, yayasan milik
keluarga besar cibeusi. Nama Al-Aqsha diberikan oleh Drs.
Mukhlis Aliyudin, M.Ag yang merupaka putera dari K.H. Hasan Abdullah Muhyi.
Sebagai alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, beliau ingin menggabungkan
tradisi kependidikan yang sudah ada di Al-Aqsha dengan model kependidikan yang
beliau rasakan semasa belajar di Darussalam. Tentu hal ini tidaklah mudah.
Tantangan dari berbagai kalangan, eksternal bahkan internal menghiasi
perjuangan berat Drs. Mukhlis untuk mewujudkan keinginan kuat beliau.
Alhamdulillah, berkat doa yang tak pernah putus, semangat pantang menyerah dan
tekad baja, kini Al-Aqsha merupakan pondok modern yang patut di perhitungkan
sebagai salah satu sekolah unggulan tingkat SMP di Jatinangor.
Dalam rangka
pelantikan pengurus IKPM Cabang Bandung, pengurus pusat IKPM menyempatkan diri
berkunjung ke pondok modern Al-Aqsha / SMP Plus Al-Aqsha, dan bertemu langsung
dengan Drs. Mukhlis, selaku pimpinan pondok. Terjadi
dialog dan dan bincang-bincang santai antara keduanya. Drs Mukhlis berkelakar,
“dulu saya manggil antum ustadz thawil,
soalnya antum kan tinggi, saya pendek.” Tak pelak, kami pun tertawa. Acara
silaturahim ini ditutup dengan sesi perfotoan bersama para ustadzah pengabdian
dari Gontor Putri 1 dan 3.
Yang kemudian namanya menjadi Pondok Modern
Plus Al-aqsha/SMP Plus Pondok Modern Al-Aqsha. Dengan tambahan kata Plus yang
dulu tidak dimiliki oleh sekolah yang lain, karena Al-aqsha bukan pondok biasa
saja. Kurikulum yang dipakai mengacu pada kurikulum diknas dan kurikulum Gontor
ditambah dengan kurikulum salafiyah, inilah nilai Plus dari pondok modern
Al-aqsha.
Dengan visi ingin menjadikan sekolah menengah
pertama yang unggul dan kompetitif pada aspek ilmu pengatahuan dan ilmu agama
tingkat jawa barat.
2.
Profil SMP Plus Al-Aqsa
NamaSekolah : SMP
Plus Al-Aqsa
Status Sekolah :
Swasta
Alamat :
Jl. Raya Cibeusi No.2
Desa/Kelurahan :
Cibeusi
Kecamatan/Kota : Jatinangor
Kabupaten :
Sumedang
Provinsi :
Jawa Barat
JenjangPendidikan : SMP
3.
Visi,
Misi dan Tujuan SMP Plus Al-Aqsha
a. Visi
“Insan yang ungguldalamprestasi, kokohdalamimandantaqwa“.
b. Misi
1)
Menjadikanpesertadidik yang cerdas,
kompetitif, berimandanbertaqwaterhadapTuhan
yang MahaEsasertaberakhlakmulia
2)
Mewujudkankurikulum
yang sesuaidegankebutuhanpesertadidik, masyarakat,
danduniausahasertaperkembanganilmupengetahuandanteknologi.
3)
Mewujudkan
proses pembelajarandanbimbingan yang berkualitas, aktif, kreatif,efektif,
danmenyenangkan.
4)
Mendorongtenagapendidikdankependidikan
yang disiplin, aktif, kreatif, handal, danprofessional.
5)
Mendorongwargasekolahuntukmengembangkankreativitas,
bakat, danpotensinyasecara optimal.
6)
Mewujudkansaranadanprasaranapendidikan
yang memadaisesuaidengantuntutanperkembanganilmupengetahuandanteknologi.
7)
Menciptakansuasanasekolah
yang kondusifdankompetitifsebagailingkunganpendidikan yang aman, nyaman,
bersih, rindang, danasri.
c.
Tujuan
Meletakkandasarkecerdasan,
pengetahuan, kepribadian,
berakhlakmuliasertamempunyaiketerampilanhidupmandiridanmengikutipendidikanlebihlanjut.
B.
Pembahasan
1.
Kurikulum KTSP
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan
KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu
pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23
Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI,
namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan
sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
a. kerangka dasar
dan struktur kurikulum,
c.
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
dikembangkan di tingkat satuan
pendidikan, dan
d. kalender
pendidikan.
SKL digunakan
sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok
mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional
yang telah disepakati.
Pemberlakuan
KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala
sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata
lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak
ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional.
Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite
sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan
keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan
sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan
kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
2.
Kurikulum Kurtilas
Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang
dicetuskan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan
sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan
berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan
presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti
oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau
jenjang pendidikan.Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik
dipilih sesuai dengan pilihan mereka.Kedua kelompok mata pelajaran tersebut
(wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan
menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis
peserta didik usia 7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan
untuk peserta didik SD dan SMP.
Laporan Belajar
Laporan Belajar
atau Rapor pada Kurikulum 2013 ditulis berdasarkan Interval serta dihapuskannya
sistem ranking. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar siswa.
Penilaian pada Rapor kurikulum 2013 dibagi kedalam 3 kolom yaitu Pengetahuan,
Keterampilan, dan Sikap. Setiap kolom nilai (Pengetahuan dan Keterampilan)
dibagi lagi menjadi 2 kolom yaitu kolom angka dan kolom huruf, setiap kolom
diisi menggunakan nilai interval.
Tiga Persiapan untuk Implementasi Kurikulum
2013
Ada pertanyaan
yang muncul bernada khawatir, dalam uji publik kurikulum 2013? Persiapan apa
yang dilakukan Kemdikbud untuk kurikulum 2013? Apakah sedemikian mendesaknya,
sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang, kurikulum itu sudah harus diterapkan.
Menjawab kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk
agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan
buku pegangan dan buku murid. Ini penting, jika kurikulum mengalami perbaikan,
sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikulum hanya sebagai “macan kertas”.
Pemerintah
bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, yang tentu
saja dua buku itu berbeda konten satu dengan lainnya.
Kedua,
pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka
pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk
kelas satu, empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di
SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400
sampai 500 ribuan.
Ketiga, tata
kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan terhadap tata kelola di tingkat
satuan pendidikan. Karena tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah.
Sebagai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam
kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku raport pun harus berubah..
Menanggapi adanya perubahan kurikulum, tentunya pihak sekolah SMP Plus Al-Aqsha merasakan dampak yang
diakibatkan dengan adanya perubahan kurikulum tersebut. Seperti
pembaharuan raport hasil belajar siswa, perubahan jam pelajaran, perubahan mata
pelajaran. Untuk beberapa mata pelajaran ada perubahan jam belajar yang disesuaikan
dengan struktur yang sudah diatur pemerintah seperti mata pelajaran agama, matematika
dan olahraga menjadi 1 jam sedangkan
bahasa inggris menjadi 2 jam. Selain itu, untuk mata pelajaran TIK sudah mulai
dileburkan padahal melihat fungsinya, TIK saat ini mempunyai peran yang cukup
penting dalam kita menyesuaikan dengan kemajuan teknologi.
Sampai saati ini, pihak sekolah masih belum tahu bagaimana nasib guru TIK
kedepannya apakah nanti saat penerapan kurikulum 2013 TIK akan dimasukkan ke
mata pelajaran muatan lokal atau akan dijadikan ekstrakurikuler karena tidak
mungkin guru TIK mengajar mata pelajaran lain dan sekolah pun tidak bisa
semudah itu untuk memasukkan dan mengeluarkan guru.
Persiapan yang dilakukan oleh SMP Plus Al-Aqsha sampai saat ini masih
mengusahakan semua guru diberi pelatihan agar nanti saat penerapan kurikulum
2013 semua pendidik sudah mempunyai bekal untuk menyesuaikan dengan kurikulum
terbaru. Namun, sampai saat ini jumlah guru yang sudah diberi pelatihan masih
sedikit karena memang dana yang dibutuhkan untuk pelatihan tersebut cukup
banyak. Pihak sekolah
berharap pemerintah segera menangani masalah tersebut agar nantinya semua guru
benar-benar siap menghadapi perubahan kurikulum 2013. Apabila sampai tahun
ajaran baru belum semua guru diberi pelatihan, terpaksanya guru yang sudah
diberi pelatihan mengajarkan kepada guru lainnya artinya guru yang belum diberi
pelatihan mencari tahu mengenai materi-materi yang diajarkan saat pelatihan
melalui guru yang sudah diberi pelatihan tersebut.
Menurut Bapak Haryono selaku Wakil Ketua Kurikulum di SMP Plus Al-Aqsha kendala
yang dihadapi kurang tersedianya tenaga pendidik, kurangnya fasilitas dalam
pembelajaran, serta perubahan raport sebagai bentuk penyesuaian kurikulum.
1.
Kendala Tenaga Pendidik
Adanya perubahan kurikulum ini memunculkan beberapa mata pelajaran baru
seperti mata pelajaran Prakarya (rekayasa/ kerajinan/ budidaya/ pengolahan) dan
Kewirausahaan. Dengan adanya penambahan mata pelajaran tentunya sekolah
membutuhkan adanya guru prakarya untuk mengajarkan mata pelajaran tambahan
tersebut sedangkan ketersediaan guru prakarya dan kewirausahaan masih belum
memadai untuk itu pihak sekolah harus mencarinya.
2.
Kendala Fasilitas
Tidak hanya
ketersediaan guru yang menjadi kendala, fasilitas yang dibutuhkan dalam
pembelajaran pun belum tercukupi. Belum semua kelas tersedia LCD, fasilitas ini
masih tersedia di beberapa ruang yang dianggap penting, seperti aula. Karena
berdasarkan kurikulum 2013 proses pembelajaran di kelas harus sudah menggunakan
LCD. Kurangnya dana yang dimiliki SMP Plus Al-Aqsha juga
mempengaruhi dalam pemenuhan fasilitas, karena saat ini sekolah masih dalam
pembangunan aula yang lebih besar dari sebelumnya.
3.
Perubahan Laporan Hasil Belajar Siswa
Penyesuaian
laporan hasil belajar siswa yang harus disesuaikan dengan kurikulum 2013.
Dimana Laporan Belajar atau Raport pada Kurikulum 2013 ditulis berdasarkan
Interval serta dihapuskannya sistem ranking. Hal ini dilakukan untuk
meredam persaingan antar siswa. Penilaian pada Raport kurikulum 2013 dibagi
kedalam 3 kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap. Setiap kolom nilai
(Pengetahuan dan Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2 kolom yaitu kolom angka
dan kolom huruf, setiap kolom diisi menggunakan nilai interval.
Selain kendala
diatas, guru juga dihadapkan pada masalah siswa yang dituntut aktif saat proses
belajar mengajar. Di dalam kurikulum 2013, penekanannya lebih ke pendidikan
karakter siswa yang harus dibangun sehingga siswa harus bisa mengembangkan
setiap materi yang disampaikan guru. Peran guru disini hanya sebagai
fasilitator sehingga siswa lebih banyak mencari tahu setiap apa yang sedang
dipelajari melalui berbagai sumber tidak hanya terpaku dengan satu sumber.
Faktor yang paling mempengaruhi keaktifan siswa adalah kebiasaan saat SD dan kebiasaan
yang sudah tertanam dari lingkungan tempat tinggal. Kebiasaan SD yang istilahnya
bisa disebut “disuapi” oleh para guru, masih terbawa sampai ke SMP, dari
kebiasaan itu masih banyak para siswa sulit untuk mulai diterapkannya kurikulum
2013.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut hasil observasi yang
kami dapatkan diSMP Plus Al-Aqsha, kami dapat menarik beberapa kesimpulan
terkait perubahan kurikulum 2013 yaitu SMP Plus Al-Aqsha belum menerapkan
sistem kurikulum 2013 dan masih menggunakan sistem kurikulum KTSP dan Kurikulum
Gontor. Kurikulum 2013 disusun langsung oleh pemerintah sehingga guru atau
sekolah tinggal mengaplikasikan dan mengikuti pola yang sudah dibuat. Hal
ini dianggap lebih meringankan kerja guru sehingga diharapkan hasilnya lebih
maksimal. Kendala yang dihadapi yaitu kurang memahami atau belum ada kesiapan untuk mengikuti kurikulum 2013,
kurangnya fasilitas dalam pembelajaran, serta perubahan raport sebagai bentuk
penyesuaian kurikulum 2013.
Meskipun masih menggunakan
sistem kurikulum KTSP dan kurikulum Gontor, SMP Plus Al-Aqsha akan berusaha
semaksimal mungkin pada tahun berikutnya sudah bisa menerapkan sistem kurikulum
2013. Di SMP Plus Al-Aqsha sudah bisa dikatakan maksimal dalam menerapkan
sistem kurikulum KTSP sesuai dengan kurikulum KTSP yang berlaku, bersamaan
dengan kurikulum Gontor . Dengan
adanya kurikulum 2013, tidak ada peraturan yang diperbaharui, artinya antara
kurikulum KTSP dan kurikulum Gontor
dengan kurikulum 2013 masih tetap sama.
B. Kritik dan Saran
Meskipun SMP Al-Aqsha belum
menerapkan sistem kurikulum 2013, seharusnya para guru membiasakan mengajar
dengan menggunakan sistem kurikulum 2013 mulai dari sekarang, agar pada saat
kurikulum 2013 di terapkan guru tidak mengalami kesulitan dalam mengajar.
Komentar
Posting Komentar